Teknik Industri
Analisis SWOT Dalam Membedah Lingkungan Bisnis
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaituStrengths, Weakness, Opportunitiesdan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.
Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT.
Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi
Langkah-Langkah Penerapan
Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT
Perencanaan strategis (strategic planner) suatu perusahaan harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) pada kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi atau popular disebut Analisis SWOT.
Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
- Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
- Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
- Opportunities (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
- Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman organisasi
Langkah-Langkah Penerapan
Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT
- SWOT kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60 menit.
- Peserta dibagi dalam kelompok dengan maksimum 6 orang per kelompok.
- Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen pelayanan yang akan dianalisa.
- Setiap kelompok membuat sebuah matriks SWOT sesuai dengan contoh.
- Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.
- Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi matriks SWOT.
- Dengan menggunakan curah pendapat, tulis pada kartu semua kekuatan di dalam organisasi (internal). Kekuatan bisa berupa, tenaga trampil, gaji, sarana. Setelah kartu diisi tempelkan pada kertas flipchart.
- Setelah selesai menyusun kekuatan internal, dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan kelemahan di dalam organisasi (internal) pada kartu lalu ditempelkan pada flipchart .
- Dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan semua kesempatan di luar organisasi (kesempatan ekstern) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pelayanan atau atasi sebuah masalah. Ini bisa berupa latihan, tenaga baru, peraturan baru dan seterusnya.
- Dengan menggunakan curah pendapat, buatlah daftar ancaman di luar organisasi (ancaman ekstern) yang dapat menghalangi pemecahan masalah.
- Daftarkan dalam kolom masing-masing: kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang.
- Buatlah ranking setiap kolom. Yang perlu dipikirkan adalah pentingnya kesempatan / ancaman dan berapa besar kemungkinan kesempatan / ancaman tersebut memang akan ada. Begitu juga dengan ancaman dan peluang.
- Masukan kekuatan dan kelemahan masuk matriks SWOT.
- Kekuatan diisi sesuai ranking yang telah dikerjakan, kekuatan yang paling besar di atas, yang kurang besar di bawah.
- Setelah kekuatan diisi, disusul dengan kelemahan.
- Masukan kesempatan dan ancaman di dalam kolom.
- Hubungkan kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.
- Kombinasi di mana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah keadaan yang paling positif. Keadaan ini harus dipelihara dengan baik supaya tetap ada.
- Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negatif dan harus dihindari.
- Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan keluar untuk mengurangi kelemahan atau ancaman.
Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOThanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (kekuatan)
merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan)
merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities (peluang)
merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman)
merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.
Selain pemilihan alternatif analisis Swot juga bisa digunakan untuk melakukan perbaikan dan improvisasi. dengan mengetahui kelebihan (Strength dan opportunity) dan kelemahan kita (weakness dan threat), maka kita melakukan strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu strateginya dengan meningkatkan Strength dan opportunity atau melakukan strategi yang lain yaitu mengurangi weakness dan threat.
Sebagai contoh misalnya Analisis SWOT yang saya lakukan untuk mengetahui peta kekuatan dalam blogging. maka analisis SWOT-nya:
Strength
- tulisan yang saya lakukan merupakan tulisan yang saya peroleh dari pengalaman di bangku kuliah.
- saya menggunakan blog dengan menggunakan cms wordpress sehingga optimasi dan fiturnya begitu mudah.
- saya menggunakan domain dot com sehingga mempunyai nilai lebih dalam pengaturan.
Kelemahan
- tidak memiliki kemampuan menulis jurnalistik.
- lemah dalam programming web.
- tidak memiliki pengalaman dalam blogging.
Opportunities
- bergabung dengan komunitas blog seperti Bengawan, blogger teknik industri.
- blog saya terintegrasi dengan jejaring sosial.
Threats
-data blog yang hilang.
-server down.
-keterbatasan waktu dalam blog dikarenakan kesibukan di dunia nyata.
Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi
Manusia bekerja sambil membawa sifat – sifat fisik, kejiwaan dan proses berfikirnya. Sedangkan mesin beserta benda – benda mati lainnya telah dirancang untuk menjadi alat bantu bagi manusia dalam mewujudkan hasil kerjanya. Dengan kesadaran inilah, berkembang suatu bidang kajian berupa analisis perancangan kerja dan ergonomi, yang bertujuan untuk mencapai/mendapatkan rancangan sistem kerja antara manusia dan mesin plusperlengkapan lainnya pada sebuah stasion kerja dengan pengerahan sumber daya minimal dan hasil/output maksimal.
1. Masukkan Untuk Stasion Kerja
Ada beberapa sumber daya yang menjadi masukkan bagi stasion kerja, yaitu :
· Waktu
· Energi operator
· Energi untuk mesin
· Kekuatan mental operator
· Keandalan mesin
· Pencahayaan
· Daya pikir operator
· Tata letak mesin dan peralatan lainnya.
Pada tahap awal analisis, tiga beban kerja yang dialami operator ketika sedang bekerja di ukur yaitu :
· Beban waktu (berapa lama ia menyelesaikan satu unit output)
· Beban fisiologis (berapa kalori energi yang dihabiskan per satu unit output) dan
· Beban psikologis (berapa besar beban mental yang diterima selama mengerjakan satu unit output), yang dalam hal ini merupakan gabungan antara daya pikir, kekuatan mental dan hubungan sosial operator.
2. Waktu Baku
Beban waktu dapat mewakili beban – beban lainnya dengan asumsi bahwa lamban atau cekatannya operator bekerja dipengaruhi oleh kekuatan fisiknya (fisiologis), kekuatan mentalnya (psikologis) dan faktor lingkungan peralatan yang digunakan.
Apabila tata letak mesin dan perlengkapan lain pada sebuah stasion kerja sudah baik. Demikian pula pencahayaan ruangan sudah baik. Dan tipe operator adalah orang dengan keterampilan rata – rata., maka waktu yang doperlukan oleh operator tersebut untuk menyelesaikan satu unit output/produk disebut dengan waktu baku.
Jadi, waktu baku adalah beban waktu yang terjadi dari sebuahj sistem kerja yang baku, artinya yang sudah dirancang dengan sebaik mungkin.
3. Analisis Gerakan Kerja
Jika seorang pekerja tambang perawakan pendek dan kurus lalu ia menggunakan sekop yang besar, berat dan panjang untuk memindahkan batu bara dalam lorri, apa yang akan terjadi ? Bandingkan dengan situasi bila sekopnya pendek sesuai badannya, dan relatif lebih ringan bagi dia ? Apa perbedaan hasil kerjanya ?
Sekarang perhatikan siruasi anda dengankursi dan meja belajar anda. Buku – buku anda letakkan jauh dari kursi anda. Meja yang anda pakai terlalu rendah, relatif terhadap tinggi kursi. Apabila tinggi badan anda, misalnya 168 cm. Maka anda terlalu merunduk ketika belajar dan cepat pegal. Demikian pula setiap anda perlu buku, anda harus beranjak dari kursi, bolak – balik.
Dari kedua ilustrasi diatas tampak adanya gerakan – gerakan ketika bekerja, yang berbeda. Dan waktu maupun kelelahan yang dialami berbeda pula.
Disini jelas ada hubungan antara rancangan alat, tata letak peralatan dengan gerakan – gerakan kerja yang “ terpaksa “ dilakukan operator mengikuti rancangan alat dan tata letak tadi.
4. Peranan Waktu Baku
Waktu baku yang diukur dengan baik, yakni setelah rancangan alat, tata letak ruangan, pencahayaan ruangan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan gerakan – gerakan yang ekonomis (kelelahan minimal), akan meningkatkan motivasi operator dalam bekerja. Dengan diketahui waktu baku, maka akan diperoleh hal – hal sebagai berikut :
· Bisa dihitung jumlah mesin yang dipergunakan untuk menyelesaikan sejumlah permintaan dalam
periode produksi tertentu.
periode produksi tertentu.
· Bisa dihitung jumlah operator
· Bisa dirancang materi dan metoda – metoda pelatihan bagi operator
· Bisa ditentukan jadwal produksi
· Bisa disusun sistem bonus/upah perangsang
· Bisa menjadi acuan prestasi kerja operator
· Bisa ditaksir ongkos produksi
5. Peta – Peta Kerja
Peta – peta kerja adalah alat analisis yang lazim digunakan pada analisis perancangan kerja dan ergonomi. Peta – peta ini meliputi :
· Peta tangan kanan – tangan kiri
· Peta proses operasi
· Peta aliran proses
a) Peta tangan kanan – tangan kiri
Peta ini digunakan untuk menganalisis pekerjaan yang dilaksanakan operator pada sebuah stasion kerja. Peta ini mengambarkan bagaimana tangan kanan dan kiri operator. Berikut adalah contoh gambar peta tangan kanan – tangan kiri.
Peta Tangan Kanan - Tangan Kiri
Komponen tinggal diambil dari jarak dekat dan ditempelkan di roda gerinda. Sedangkan lubang jatuh membuat penanganan barang jadi lebih mudah. Di sini roda gerinda menjadi dua, sehingga kedua tangan sama – sama bekerja secara paralel, sekali operasi dua komponen sekaligus bisa di gerinda.
b) Peta proses operasi
Peta ini memberi informasi tentang proses apa dilaksanakan untuk komponen apa. Kemudian mesin apa yang dipakai dan berapa lama waktu setiap proses. Berikut adalah contoh peta proses operasi pemuatan sebuah kran kendali debit air.
Peta Proses Operasi
c) Peta aliran proses
Peta ini menggambarkan segenap aktifitas yang terlibat di dalam sebuah proses. Ia serupa dengan peta proses operasi, kecuali rinciannya yang lebih banyak karena mencakup juga gerakan – gerakan transportasi dan delay disamping operasi, inspeksi dan penyimpanan. Tujuan peta ini adalah untuk diteliti setiap aktifitas/gerakan dalam proses itu. Sebagai contoh perhatikan dua peta aliran proses, yang satu memetakan proses pembuatan kue “enak” saat ini, dan yang satu lagi adalah peta usulan perbaikan, yang menggambarkan cara kerja yang lebih efisien.
"Kata Salah Seorang Pendiri Teknik Industri"
“Seorang Teknik Industri adalah seorang Productivity Engineer dimanapun dia berada.” - Prof Dr. Matthias Aroef (Pendiri Teknik Industri ITB)
Seorang teknik industri adalah seorang yang berhadapan dengan sistem. Mereka mempunyai kemampuan untuk merancang, mengimplementasi, maupun meningkatkan sebuah sistem terintegrasi yang terdiri dari manusia, mesin, material, informasi, atau energi. Seorang teknik industri dapat menemukan cara yang lebih baik dalam hal apapun.
Kata kunci teknik industri adalah produktifitas, efektivitas, dan efisiensi.
Karir yang dapat ditempuh seorang mahasiswa teknik industri setelah lulus adalah production engineers, supply chain managers, operation analysts, quality engineers, and information system analysts. Bidang yang digeluti juga sangat luas, segala macam bisnis, perusahaan, maupun pemerintahan yang menginginkan peningkatan kinerja dan mengurangi biaya membutuhkan seorang teknik industri. Selain itu juga, banyak lulusan teknik industri yang membuat usaha sendiri maupun masuk ke dalam konsultan.
Teknik industri merupakan program studi yang menantang, berkualitas dan penuh peluang. Tidak ada tempat yang tidak akan dapat kamu tuju dengan menjadi sarjana teknik industri.
Seorang teknik industri adalah seorang yang berhadapan dengan sistem. Mereka mempunyai kemampuan untuk merancang, mengimplementasi, maupun meningkatkan sebuah sistem terintegrasi yang terdiri dari manusia, mesin, material, informasi, atau energi. Seorang teknik industri dapat menemukan cara yang lebih baik dalam hal apapun.
Kata kunci teknik industri adalah produktifitas, efektivitas, dan efisiensi.
Karir yang dapat ditempuh seorang mahasiswa teknik industri setelah lulus adalah production engineers, supply chain managers, operation analysts, quality engineers, and information system analysts. Bidang yang digeluti juga sangat luas, segala macam bisnis, perusahaan, maupun pemerintahan yang menginginkan peningkatan kinerja dan mengurangi biaya membutuhkan seorang teknik industri. Selain itu juga, banyak lulusan teknik industri yang membuat usaha sendiri maupun masuk ke dalam konsultan.
Teknik industri merupakan program studi yang menantang, berkualitas dan penuh peluang. Tidak ada tempat yang tidak akan dapat kamu tuju dengan menjadi sarjana teknik industri.
Sejarah Teknik Industri di Indonesia
Sejarah Teknik Industri di Indonesia di awali dari kampus Institut Teknologi Bandung. Sejarah pendirian pendidikan
Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari kondisi praktek
sarjana mesin pada tahun lima-puluhan. Pada waktu itu,
profesi sarjana Teknik mesin merupakan kelanjutan dari
profesi pada jaman Belanda, yaitu terbatas pada pekerjaan
pengoperasian dan perawatan mesin atau fasilitas produksi.
Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di
Indonesia belum terdapat pabrik mesin.
Di Universitas Indonesia (www.ui.edu) , keilmun Teknik
Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh puluhan, dan
merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin.
Kalau pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel tergolong
besar yang mengerjakan pekerjaan perancangan konstruksi
baja seperti yang antara lain terdapat di kota Pasuruan dan
Klaten, pekerjaan itu pun masih merupakan bagian dari
kegiatan perawatan untuk mesin-mesin pabrik gula dan pabrik
pengolahan hasil perkebunan yang terdapat di Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Dengan demikian kegiatan perancangan yang
dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu itu
masih sangat terbatas pada perancangan dan pembuatan
suku-suku cadang yang sederhana berdasarkan contoh-contoh
barang yang ada. Peran yang serupa bagi sarjana Teknik
Mesin juga terjadi di pabrik semen dan di bengkel-bengkel
perkereta-apian.
Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana
Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian mesin dan fasilitas
produksi, tantangan utama yang mereka hadapi ialah
bagaimana agar pengoperasian itu dapat diselenggarakan
dengan lancar dan ekonomis. Jadi fokus pekerjaan sarjana
Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan pembebanan
pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis,
dan perawatan (maintenance) untuk menjaga kondisi mesin
supaya senantiasa siap pakai.
Pada masa itu, seorang kepala pabrik yang umumnya
berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat ketat dan disiplin
dalam pengawasan terhadap kondisi mesin. Di pagi hari
sebelum pabrik mulai beroperasi, ia keliling pabrik memeriksa
mesin-mesin untuk menyakini apakah alat-alat produksi dalam
keadaan siap pakai untuk dibebani suatu pekerjaan.
Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan
kemampuan perancangan yang dipunyai oleh seorang sarjana
Teknik Mesin tidak banyak termanfaatkan, tetapi mereka
justru memerlukan bekal pengetahuan manajemen untuk lebih
mampu dan lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan
bengkel-bengkel besar.
Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar
keperluannya, sehingga sampai pada gagasan perlunya
perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin
dalam bidang pengelolaan pabrik.
Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan
Indonesia karena terjadi krisis hubungan antara
Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang
semula dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak
menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman
ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus
memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang keahlian di
dalam pendidikan Teknik Mesin.
Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata
kuliah baru di Departemen Teknik Mesin, diantaranya : Ilmu
Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos
dan Ekonomi Teknik. Sejak itu dimulailah babak baru dalam
pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat
pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan
juga Teknik Kimia dan Tambang.
Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik
Mesin telah mulai menghasilkan sebagian sarjananya yang
berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik
produksi. Bidang Teknik Produksi semakin berkembang
dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti :
Teknik Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin Perkakas,
Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu dan Keselamatan
Kerja cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik
Produksi.
Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi
semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis teknik
industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem
man-machine-material tidak lagi hanya didasarkan pada
lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup yang
lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di
Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah : Manajemen
Personalia, Administrasi Perusahaan, Statistik Industri,
Perancangan Tata Letak Pabrik, Studi Kelayakan, Penyelidikan
Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan
Programa Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik
Produksi secara resmi berubah menjadi Teknik Industri dan
masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB.
Pada tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk membangun
Departemen Teknik Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud
pada tanggal 1 Januari 1971.
sarjana mesin pada tahun lima-puluhan. Pada waktu itu,
profesi sarjana Teknik mesin merupakan kelanjutan dari
profesi pada jaman Belanda, yaitu terbatas pada pekerjaan
pengoperasian dan perawatan mesin atau fasilitas produksi.
Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor, karena di
Indonesia belum terdapat pabrik mesin.
Di Universitas Indonesia (www.ui.edu) , keilmun Teknik
Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh puluhan, dan
merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin.
Kalau pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel tergolong
besar yang mengerjakan pekerjaan perancangan konstruksi
baja seperti yang antara lain terdapat di kota Pasuruan dan
Klaten, pekerjaan itu pun masih merupakan bagian dari
kegiatan perawatan untuk mesin-mesin pabrik gula dan pabrik
pengolahan hasil perkebunan yang terdapat di Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Dengan demikian kegiatan perancangan yang
dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu itu
masih sangat terbatas pada perancangan dan pembuatan
suku-suku cadang yang sederhana berdasarkan contoh-contoh
barang yang ada. Peran yang serupa bagi sarjana Teknik
Mesin juga terjadi di pabrik semen dan di bengkel-bengkel
perkereta-apian.
Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai sarjana
Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian mesin dan fasilitas
produksi, tantangan utama yang mereka hadapi ialah
bagaimana agar pengoperasian itu dapat diselenggarakan
dengan lancar dan ekonomis. Jadi fokus pekerjaan sarjana
Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan pembebanan
pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis,
dan perawatan (maintenance) untuk menjaga kondisi mesin
supaya senantiasa siap pakai.
Pada masa itu, seorang kepala pabrik yang umumnya
berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat ketat dan disiplin
dalam pengawasan terhadap kondisi mesin. Di pagi hari
sebelum pabrik mulai beroperasi, ia keliling pabrik memeriksa
mesin-mesin untuk menyakini apakah alat-alat produksi dalam
keadaan siap pakai untuk dibebani suatu pekerjaan.
Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan
kemampuan perancangan yang dipunyai oleh seorang sarjana
Teknik Mesin tidak banyak termanfaatkan, tetapi mereka
justru memerlukan bekal pengetahuan manajemen untuk lebih
mampu dan lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan
bengkel-bengkel besar.
Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu disadari benar
keperluannya, sehingga sampai pada gagasan perlunya
perkuliahan tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin
dalam bidang pengelolaan pabrik.
Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda meninggalkan
Indonesia karena terjadi krisis hubungan antara
Indonesia-Belanda, sebagai akibatnya, banyak pabrik yang
semula dikelola oleh para administratur Belanda, mendadak
menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman
ini menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus
memikirkan gagasan pendidikan alternatif bidang keahlian di
dalam pendidikan Teknik Mesin.
Pada awal tahun 1958, mulai diperkenalkan beberapa mata
kuliah baru di Departemen Teknik Mesin, diantaranya : Ilmu
Perusahaan, Statistik, Teknik Produksi, Tata Hitung Ongkos
dan Ekonomi Teknik. Sejak itu dimulailah babak baru dalam
pendidikan Teknik Mesin di ITB, mata kuliah yang bersifat
pilihan itu mulai digemari oleh mahasiswa Teknik Mesin dan
juga Teknik Kimia dan Tambang.
Sementara itu pada sekitar tahun 1963-1964 Bagian Teknik
Mesin telah mulai menghasilkan sebagian sarjananya yang
berkualifikasi pengetahuan manajemen produksi/teknik
produksi. Bidang Teknik Produksi semakin berkembang
dengan bertambahnya jenis mata kuliah. Mata kuliah seperti :
Teknik Tata Cara, Pengukuran Dimensional, Mesin Perkakas,
Pengujian Tak Merusak, Perkakas Pembantu dan Keselamatan
Kerja cukup memperkaya pengetahuan mahasiswa Teknik
Produksi.
Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik Produksi
semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis teknik
industri mulai banyak diperkenalkan. Sistem
man-machine-material tidak lagi hanya didasarkan pada
lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada lingkup yang
lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di
Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah : Manajemen
Personalia, Administrasi Perusahaan, Statistik Industri,
Perancangan Tata Letak Pabrik, Studi Kelayakan, Penyelidikan
Operasional, Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan
Programa Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik
Produksi secara resmi berubah menjadi Teknik Industri dan
masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik Mesin ITB.
Pada tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk membangun
Departemen Teknik Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud
pada tanggal 1 Januari 1971.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_industri,
http://en.wikipedia.org/wiki/Industrial_engineering
http://en.wikipedia.org/wiki/Industrial_engineering
Langganan:
Postingan (Atom)